Langsung ke konten utama

Perempuan dan Menstruasi, Dari Agama hingga Tradisi

Selepas mengerjakan sedikit tugas akhir perkuliahanku, aku berbincang-bincang dengan temanku, Abel. Kami membicarakan banyak hal, salah satunya tentang menstruasi. Lewat perbincangan itu pikiranku terbuka lebar.

Aku bertanya-tanya, mengapa perempuan selalu menyensor kata-kata yang berhubungan dengan menstruasi? Seperti kata pembalut menjadi roti. Lalu, menstruasi atau haid menjadi datang bulan, naik bendera, atau halangan. Bahkan bahasa Inggris juga memiliki kata yang mengistilahkan menstruasi, seperti girl flu, aunt Flo, on the rag, back in the saddle, dan masih banyak lagi. Seakan menstruasi adalah hal yang tabu untuk dibicarakan secara eksplisit.

Sumber: crighana.org

Seorang perempuan mungkin segan untuk meminta tolong kepada orang lain atau bahkan laki-laki untuk membelikannya pembalut di warung. Dia terlalu malu untuk terang-terangan mengatakan kalau dirinya sedang menstruasi, sementara tidak ada satu pun pembalut tersisa di lemarinya. Bahkan saat membeli pun, perempuan itu akan berbicara pelan sekali ke penjual hanya untuk mengatakan kata pembalut atau Softex. Selanjutnya? Dia akan berusaha menyembunyikan rapat-rapat bungkus pembalut itu, sehingga tiada seorang pun yang dapat melihat apa yang sedang dibawanya.

Dulu, saat masih remaja ingusan, aku selalu seperti itu. Bahkan saat orang bertanya apakah aku sedang menstruasi, aku akan menjawabnya dengan nada enggan atau sekadar berdehem. Namun, seiring berjalannya waktu, aku mulai menyadari, memang apa yang harus ditutupi atau hal apa yang membuat diriku menjadi sangat malu untuk berbicara eksplisit tentang menstruasi yang aku alami tiap bulan? Sejak itu pun, aku tidak malu untuk meminta bantuan ibu, ayah, dan bahkan kakak laki-lakiku untuk membelikan pembalut saat tidak memiliki persediaan. Beruntungnya mereka selalu mau membantuku, tanpa malu dan merasa jijik.

Sayangnya, masih banyak orang yang berpikir bahwa menstruasi adalah hal yang menjijikan dan tabu. Abel bercerita padaku bahwa ada seorang perempuan yang meminta tolong kepada pacarnya untuk membelikan pembalut, lantas apakah laki-laki itu mau? Jawabannya, tidak! Laki-laki itu merasa harga dirinya terkoyak hanya karena diminta membeli pembalut untuk pacarnya. Wah, berarti harga dirinya seharga pembalut, dong, ya! Haha.

Lebih mirisnya lagi, ada seorang ayah yang marah-marah dan melarang anaknya untuk membelikan ibunya pembalut saat diminta tolong. Memangnya sebegitu menjijikan, ya, menstruasi itu? Sampai-sampai takut harga diri terkoyak atau malu dipandang aneh oleh orang lain.

Aku dan Abel berpikir, mengapa menstruasi bisa dianggap tabu padahal itu sama sekali tidak tabu? Bukankah menstruasi adalah siklus biologis yang wajar dialami oleh perempuan terkait organ reproduksinya? Meski tidak tahu bagaimana dan dari mana asalnya menstruasi dianggap tabu, tetapi aku berpikir bahwa semua itu tidak lepas dari pandangan agama dan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat.

Seperti yang diketahui selama ini, beberapa agama memiliki aturan dan pandangan terhadap perempuan yang sedang menstruasi. Perempuan yang sedang menstruasi dilarang untuk melakukan ibadah, masuk ke tempat ibadah atau tempat-tempat yang dianggap sakral, dan terlibat dalam kegiatan keagamaan atau kegiatan sakral lainnya. Mengapa demikian? Karena saat sedang menstruasi, perempuan dianggap kotor atau tidak suci.

Selain itu, ada sebuah tradisi dari masyarakat Hindu Nepal bernama Chhaupadi. Tradisi ini dilakukan dengan cara mengasingkan seorang perempuan yang sedang menstruasi ke gubuk kecil tanpa ventilasi. Chhaupadi yang merupakan tradisi kuno ini dilakukan masyarakat karena menganggap perempuan yang sedang menstruasi akan mendatangkan bencana, baik terhadap manusia maupun alam. Bahkan di India, perempuan yang menstruasi dianggap 'terkutuk', lo. Miris sekali, ya.

Tradisi seperti itu tidak hanya terjadi di Nepal, ternyata di Indonesia ada juga suku yang memiliki tradisi tersebut, yaitu suku Nuaulu di Pulau Seram, Provinsi Maluku. Saat ada perempuan yang sedang menstruasi, masyarakat suku Nuaulu akan mengisolasinya ke sebuah bangunan berukuran 2x2 m² hingga masa menstruasinya berakhir. Mereka melakukan tradisi tersebut atas dasar kepercayaan mistis bahwa perempuan yang menstruasi itu tidak suci, darahnya mengandung kekuatan gaib, atau gangguan roh jahat.

Tradisi Chhaupadi oleh masyarakat Hindu Nepal yang mengasingkan perempuan ke sebuah gubuk yang jauh dari pemukiman. (Sumber: tirto.id)

Akan tetapi, selain adanya pandangan agama dan tradisi tadi, aku berpendapat bahwa menstruasi menjadi tabu juga karena kurangnya edukasi seks. Ya, edukasi seks memiliki peran yang penting dalam menghapus stigma terkait menstruasi. Selama ini, aku perhatikan ibu yang sudah berkeluarga dan memiliki anak juga sering menyensor kata-kata berkaitan dengan menstruasi. Jangankan menstruasi, mereka juga masih sering menyensor nama alat kelamin pada perempuan dan laki-laki. Hal tersebut tentu akan menimbulkan kebingunan terhadap anak, bukan? Juga berisiko menimbulkan makna ganda. Ada sebuah survei yang dilakukan (aku lupa survei apa), membuktikan bahwa kebanyakan anak/remaja perempuan tidak pernah mendiskusikan menstruasi sampai dia mengalaminya sendiri.

Oh, iya! Di samping itu, kalian juga sadar tidak kalau menstruasi sering dikaitkan dengan hal-hal gaib juga. Contohnya, perempuan yang sedang menstruasi tidak boleh mandi lewat dari pukul 6 sore karena akan ada kuyang yang datang. Lalu, tidak boleh memasuki tempat sakral seperti candi atau pura karena jika melanggar aturan itu, akan diganggu atau ditegur oleh makhluk gaib yang ada di situ. Tidak lupa juga, harus membuang pembalut dengan benar karena jika tidak, akan ada makhluk gaib yang marah. Sebenarnya, menstruasi yang dikaitkan dengan hal-hal gaib seperti tadi, menurutku untuk kesadaran diri dalam menjaga kebersihan dan menghargai pandangan/kepercayaan orang lain.

Mungkin dari agama, kepercayaan, adat istiadat, dan kurangnya edukasi seks itulah yang membuat kata menstruasi menjadi tabu untuk dibicarakan atau didiskusikan di tempat umum. Pada akhirnya, aku hanya ingin mengatakan bahwa masih sulit untuk mengubah perspektif masyarakat yang menganggap menstruasi sebagai hal tabu karena kepercayaan, tradisi, dan adat istiadat masih dipegang dan mengakar kuat. Namun, kita bisa memulainya dari hal kecil, yaitu dari diri kita sendiri. Untuk perempuan, jangan merasa mału lagi untuk mengatakan menstruasi dan pembalut kepada orang lain. Untuk laki-laki, jangan merasa mału dan enggan untuk membantu perempuan yang sedang menstruasi, seperti membelikannya pembalut di saat dia tidak sanggup untuk berjalan karena rasa nyeri yang dialaminya dan jangan enggan untuk belajar mengenai menstruasi karena kalian juga akan menjadi suami serta ayah bagi seorang perempuan nantinya.

Selain itu, cobalah mulai sekarang untuk bersikap biasa saja saat seseorang berbicara mengenai hal yang berhubungan dengan menstruasi. Jangan tertawa, mengolok, atau memberikan tatapan aneh. Bersikaplah biasa saja karena menstruasi adalah hal yang biasa, tidak ada yang perlu ditertawakan atau dipermalukan.

Aku salut dengan Laurier, salah satu brand pembalut yang tampaknya juga berusaha untuk menyingkirkan stigma dan tabu menstruasi di masyarakat. Di iklan terbarunya, mereka melibatkan laki-laki, lo. Biasanya kalau menonton iklan pembalut, kita hanya akan melihat perempuan saja, tetapi tidak untuk iklan dari Laurier satu ini. Memang sudah saatnya laki-laki turut andil dan bersikap biasa saja terkait siklus biologis yang terjadi pada perempuan ini dengan tidak malu, tidak mengolokenggan, atau merasa harga diri terkoyak. Menstruation isn't shameful, it's natural!


Iklan terbaru dari Laurier.

Komentar

  1. Setuju sekali 👍 Menstruation isn't shameful, it's natural!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konflik Sosial Antara Penguasa dan Rakyat dalam Cerpen "Saksi Mata" karya Seno Gumira Ajidarma

Source: elsam.or.id Pada tulisanku kali ini, aku akan membahas sebuah cerpen karangan Seno Gumira Ajidarma berjudul "Saksi Mata". Cerpen ini merupakan satu dari 16 cerpen yang terdapat dalam buku kumpulan cerpen Seno Gumira Ajidarma dengan judul yang sama dan ditulis pada tanggal 4 Maret 1992. Namun, aku membaca cerpen "Saksi Mata" ini melalui website sukab.wordpress.com, yang dikelola oleh komunitas penggemar Seno Gumira Ajidarma. Aku menjadi ingin membahas cerpen ini setelah merasa agak muak dengan kecamuk masalah yang dihadapi oleh negara ini, Indonesia. Satu per satu berbagai macam polemik dan isu terus meberondong layaknya peluru yang membawa kecemasan dan ketakutan terhadap masa depan Indonesia. Cerpen "Saksi Mata" menyajikan konflik-konflik sosial yang tampaknya masih relevan dengan keadaan Indonesia sekarang. Apalagi Seno Gumira Ajidarma (SGA) turut membubuhi kritikan-kritikan halus tetapi juga tajam dalam cerpennya tersebut. Tidak heran sebenarnya...

What's on My Playlist: 7 Single Oasis yang Bak Hidden Masterpiece

Because maybe... you're gonna be the one that saves me. And after all... you're my wonderwall~ Siapa, sih, yang gak tahu penggalan lirik lagu di atas? Apalagi para penggemar musik britpop, pasti udah khatam dengan lagu tersebut, "Wonderwall" dari Oasis. Lagu ini ada dalam album kedua Oasis yang berjudul (What's The Story) Morning Glory? yang rilis pada 2 Oktober 1995. Selain lagu "Wonderwall" yang begitu tenar di album ini, ada juga lagu "Don't Look Back in Anger" yang sampai disebut-sebut sebagai national anthem orang Inggris, lo. 😂 (dari kiri ke kanan) Paul Arthurs, Noel Gallagher, Liam Gallagher, Paul McGuigan, dan Alan White. (Sumber:  Radio X ) Oasis sendiri memulai debut mereka sejak 1991 dan merilis album debutnya pada 2 Agustus 1994 yang bertajuk Definitely Maybe . Jujurly , ini album paling favorit aku dari sekian banyak album yang udah dirilis Oasis. Single Oasis favoritku juga kebanyakan dari album ini. Fyi , seminggu setelah ...

Etnis Tionghoa Di Mana-Mana, Apakah Mereka Penguasa Dunia?

Pernah tidak kalian berpikir di mana bumi dipijak, di situ selalu ada orang Cina atau etnis Tionghoa? Setelah diperhatikan dengan saksama, mereka memang ada di mana-mana, terbukti dengan adanya pecinan atau biasa juga disebut Chinatown. Di Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Singapura, Australia, Amerika, dan bahkan Eropa, selalu dapat ditemui etnis Tionghoa. Apakah mereka memiliki misi menguasai dunia dengan menyebar ke berbagai sudut dunia? Usut punya usut, ternyata hal itu tak terlepas dari berbagai sejarah yang terjadi di negeri asal mereka. Ada beberapa faktor yang menyebabkan etnis Tionghoa tersebar di mana-mana, khususnya Asia Tenggara. Setelah membaca banyak sumber, inilah alasan yang sudah aku rangkum mengapa orang Cina ada di mana-mana. Kawasan Pecinan di Samarinda pada 1930. (Sumber:  intuisi.co ) Perdagangan Sejak ratusan tahun lalu, bangsa Cina suka melakukan perdagangan. Namun, dalam masa kekaisaran Tiongkok, ada sebuah tradisi konfusianisme yang memandang pedagan...