Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2023

Etnis Tionghoa Di Mana-Mana, Apakah Mereka Penguasa Dunia?

Pernah tidak kalian berpikir di mana bumi dipijak, di situ selalu ada orang Cina atau etnis Tionghoa? Setelah diperhatikan dengan saksama, mereka memang ada di mana-mana, terbukti dengan adanya pecinan atau biasa juga disebut Chinatown. Di Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Singapura, Australia, Amerika, dan bahkan Eropa, selalu dapat ditemui etnis Tionghoa. Apakah mereka memiliki misi menguasai dunia dengan menyebar ke berbagai sudut dunia? Usut punya usut, ternyata hal itu tak terlepas dari berbagai sejarah yang terjadi di negeri asal mereka. Ada beberapa faktor yang menyebabkan etnis Tionghoa tersebar di mana-mana, khususnya Asia Tenggara. Setelah membaca banyak sumber, inilah alasan yang sudah aku rangkum mengapa orang Cina ada di mana-mana. Kawasan Pecinan di Samarinda pada 1930. (Sumber:  intuisi.co ) Perdagangan Sejak ratusan tahun lalu, bangsa Cina suka melakukan perdagangan. Namun, dalam masa kekaisaran Tiongkok, ada sebuah tradisi konfusianisme yang memandang pedagan...

Perempuan dan Menstruasi, Dari Agama hingga Tradisi

Selepas mengerjakan sedikit tugas akhir perkuliahanku, aku berbincang-bincang dengan temanku, Abel. Kami membicarakan banyak hal, salah satunya tentang menstruasi. Lewat perbincangan itu pikiranku terbuka lebar. Aku bertanya-tanya, mengapa perempuan selalu menyensor kata-kata yang berhubungan dengan menstruasi? Seperti kata pembalut menjadi roti . Lalu, menstruasi atau haid menjadi datang bulan , naik bendera , atau halangan . Bahkan bahasa Inggris juga memiliki kata yang mengistilahkan menstruasi, seperti girl flu , aunt Flo , on the rag ,  back in the saddle , dan masih banyak lagi. S eakan menstruasi adalah hal yang tabu untuk dibicarakan secara eksplisit. Sumber: crighana.org Seorang perempuan mungkin segan untuk meminta tolong kepada orang lain atau bahkan laki-laki untuk membelikannya pembalut di warung. Dia terlalu malu untuk terang-terangan mengatakan kalau dirinya sedang menstruasi, sementara tidak ada satu pun pembalut tersisa di lemarinya. Bahkan saat membeli pun, pere...

Untold Story: Berpisah dengan Cita-Cita Bukan Berarti Gagal

Saat kanak-kanak, aku berpikir dunia ini sangat menyenangkan dan penuh warna. Senyum selalu terlukis indah di wajah dan tawa renyah selalu bergema di mana-mana. Saat itu, aku juga memiliki banyak mimpi dan cita-cita. Aku selalu antusias dengan segala hal, bahkan untuk hal-hal kecil. Sekarang, saat diriku sudah kepala dua, pandanganku terhadap dunia sedikit atau bahkan sudah benar-benar berubah. Dunia ini masih berwarna, hanya saja warnanya sudah sedikit memudar. Menyenangkan? Tidak juga, ada kalanya keterpurukan datang menghantam jiwa. Sejak kecil cita-citaku selalu berubah-ubah. Dulu, untuk pertama kalinya, aku ingin menjadi astronot karena tertarik dengan luar angkasa setelah membaca buku IPA milik kakakku. Kemudian, cita-citaku berubah, ingin menjadi ilmuwan. Saat itu aku mencoba berpikir, kira-kira apa yang bisa aku temukan dan ciptakan untuk keberlangsungan makhluk hidup ataupun sesuatu yang dapat membantu manusia. Namun, cita-citaku ini seketika pupus setelah aku melihat nilai UT...